Selembar NT$ 200

22.28.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Jadi ceritanya, sekitar seminggu yang lalu, hari Jumat (10 Maret 2017), saya nulis artikel tentang "NT$". Artikel tersebut menjelaskan bagaimana penggunaan mata uang Taiwan, NT$, dan segala transaksi pembayaran lainnya di negeri ini. Awalnya saya sempat ragu apakah posting saat itu juga atau nunggu saya memiliki semua koleksi uang kertas NT$ sebagai ilustrasi gambar dalam artikel tersebut. Sebab dari 5 mata uang kertas NT$, hanya pecahan NT$ 200 yang belum saya miliki. Pikirku, ya diposting aja dahulu artikelnya, pecahan NT$ 200 mungkin bisa didapatkan di toko souvenir di Chiang Kai-Shek Memorial Hall (dulu sempat lihat uang pecahan ini di sana, entah itu uang asli atau hanya replika, belum tahu). Dan akhirnya saya posting artikel itu tanpa menyertakan pecahan NT$ 200, 'yang penting isi artikelnya' pikirku. Uang pecahan ini memang jarang dijumpai dalam transaksi sehari-hari, selain pecahan NT$ 2000. 

Singkat cerita, bukan bim salabim ya, alhamdulillah saya mendapatkan pecahan NT$ 200 pada hari berikutnya, tanpa disangka2 datangnya. Ini uang kembalian saya ketika belanja di 'Toko Kuning' Gongguan, Taipei. Kebetulan? Mungkin sebagian dari kalian menyangka demikian, begitu juga saya. Tapi saya pikir-pikir lagi, gak mungkin ada yang kebetulan di dunia ini, selain memang sudah diatur oleh Allah SWT.  

***


Sabtu siang, saya lihat brosur 'PPI Got Talent' di mushola NTUST. Di situ tertulis tanggal 11 Maret 2017 jam 18.00-21.00 di Taipei Medical University. Saya lihat lagi di bagian bawah ada performance tari Jathil Reyog Ponorogo. Pikirku, 'Wah, seru nih kayaknya nonton sama teman-teman besok, lama juga gak liat tari Reyog yang merupakan tari tradisional kotaku, Ponorogo'. Saya mengira hari itu masih tanggal 10 Maret. Lanjut, malamnya sepulang sholat Isya', saya berencana beli telur, beras, dan sebagainya di PX Mart dekat Technological Building MRT Station karena memang persediaan sudah menipis. Tapi gak jadi ke sana dan akhirnya mampir ke ๅ…‰ๅ—ๅคงๆ‰น็™ผ (Kuang Nan Wholesale Store) di Gongguan atau anak-anak biasa nyebutnya 'Toko Kuning' karena sebagian besar bagian toko ini berwarna kuning. Memang toko yang terletak di depan kampus terbaik Taiwan ini (National Taiwan University) searah ke kampus NTUST. Saat itu saya beli pewangi cair semprot untuk pakaian (bergambar teddy bear), cotton bud, permen susu (berlabel halal Taiwan), dan cumi kering (berlabel halal Thailand). Saat di kasir, saya bayar dengan uang NT$ 500. Dan.... sang kasir memberi NT$ 200 dan beberapa uang koin sebagai kembalian. "Bentar... bentar... itu beneran NT$ 200?? ๐Ÿ˜ฎIya bener, berwarna hijau uangnya", pikirku. Antara kaget dan bersyukur, jadi satu rasanya. Alhamdulillah... ๐Ÿ˜

Sampai di dorm kampus, sambil buka snack cumi kering tadi, saya akses Facebook. Jreng jreng jreng... ada teman yang posting foto lagi nonton PPI Got Talent. Lheh, kok hari ini? Lheh, ini tanggal berapa? Astaga, ternyata hari itu tanggal 11 Maret, bukan 10 Maret. Yah... gak jadi nonton PPI Got Talent. Pantesan, malam minggu kok sepi amat di kampus... anak-anak gak pada nampak batang hidungnya... ealah, ternyata... Saya pun sempat nyesel gak bisa nonton, karena mau kesana pun juga sudah selesai mungkin acaranya.   

***

Saya pandangi lagi uang NT$ 200 yang saya dapatkan dari Toko Kuning tadi.. Wait.. Wait.. Saya mikir, kenapa kok saya bisa dapat NT$ 200 segampang itu, gak perlu jauh2 cari di toko souvenir di CKS Memorial Hall, gak perlu cari di bank, kok ujug-ujug bisa ada di tangan saya tanpa usaha keras. Saya yakin ini bukan kebetulan. Bukan kebetulan tiba-tiba saya dapat kembalian uang itu dari kasir di Toko Kuning. Bukan... Masya Allah... saya pun tersadar, ini semua memang sudah di atur oleh Allah SWT. Mulai dari hari kemarinnya, ketika saya 'berharap' mempunyai uang pecahan ini. Iya, saya katakan berharap, karena saya belum memohon dengan sungguh-sungguh, belum berdoa memohon mendapatkan uang ini pada setiap habis shalat. Tapi Allah langsung ngasih begitu saja ke saya keesokan harinya.

Bagaimana mungkin saya tidak tahu kalo PPI Got Talent berlangsung hari Sabtu itu, padahal di brosurnya jelas tertulis 'Sabtu, 11 Maret 2017'?
Bagaimana mungkin saya tiba-tiba membatalkan beli telur dan beras di PX Mart dan malah belanja di Toko Kuning sepulang dari shalat Isya'?
Bagaimana mungkin saya bisa memilih 4 macam barang yang saya beli tadi, padahal saya hanya kepikiran mau beli cotton bud saja?
Bagaimana mungkin mata saya teralihkan beli snack cumi kering, padahal setelah dari Toko Kuning saya rencana beli takoyaki di Gongguan Night Market?
Bagaimana mungkin saya bisa berada di posisi antrian yang tepat sehingga mendapatkan NT$ 200 dari kasir?
Bagaimana mungkin ada pecahan langka NT$ 200 di mesin kasir Toko Kuning saat itu?

Masya Allah, sungguh tidak ada yang kebetulan di dunia ini, teman. Kecuali semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Ketika saya masih berangan-angan saja, Allah sudah langsung memberikannya, bagaimana kalo saya benar-benar memohon dengan sungguh-sungguh? Allah benar-benar menepati janji-Nya.

"... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, nisaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kawan, sungguh saya katakan, kalo kita mengharapkan sesuatu, mendekatlah kepada Yang Maha Pencipta segala yang ada di dunia ini, mendekatlah kepada Yang Maha Kaya, mendekatlah kepada Yang Maha Memberi Rizki, yaitu Allah SWT. Kalau kita sudah merasa dekat dengannya, bukanlah tidak mungkin apa yang kita inginkan akan di kabulkan oleh Allah dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Taipei, 20 Maret 2017

0 komentar:

NT$

12.19.00 Hafiedz Pradana 2 Comments




NT$

NT$ atau New Taiwan Dollar (berkode TWD) adalah mata uang resmi negara Taiwan sejak tahun 1949, menggantikan Old Taiwan Dollar (1946-1949). Unit satuannya disebut yuan, biasanya tertulis dengan karakter ๅ…ƒ. Misal 5ๅ…ƒ, 100ๅ…ƒ, dsb. Tapi lidah orang Indonesia yang di sini biasanya mereka nyebutnya 5 NT, 100 NT, dsb. Oiya, NT$ 1 ini setara dengan Rp 430,68 (10 Maret 2017). Mata uang NT$ terdiri dari 5 uang koin (NT$ 1, NT$ 5, NT$ 5, NT$ 20, dan NT$ 50) dan 5 uang kertas (NT$ 100, NT$ 200, NT$ 500, NT$ 1.000, dan NT$ 2.000). Jadi, selembar uang kertas terbesar yang bisa kita pegang setara dengan Rp 861.369,46. hahaha ๐Ÿ˜„ ... Uang pecahan NT$ 20, NT$ 200, dan NT$ 2.000 ini cukup sulit dijumpai, dan bisa dikatakan sangat langka. Bahkan ada seorang kenalan dari Malaysia yang sedang berkunjung ke Taiwan, beliau sampek nanyakan apa saya punya uang kertas NT$ 200... hahaha...

Sama seperti di Indonesia, harga-harga di Taiwan tiap kota bisa beda-beda. Harga-harga di Taipei, ibukota Taiwan, paling mahal dibandingkan dengan kota-kota lain. Pernah dulu pas main ke kampusnya dosen saya di Hsinchu, saya cukup kaget liat harga seporsi makan siang dengan lauk ayam yang lumayan besar cuma NT$ 65, padahal itu kalo di Taipei bisa NT$ 90-100. Di Taipei sendiri harga makanan tiap tempat juga beda-beda. Dari 3 kantin halal di kampus, yang paling murah adalah di Halal Buffet (apapun yang kita ambil, harganya tergantung beratnya makanan setelah ditimbang, kecuali ayam), kemudian kantin vegetarian rata-rata NT$ 40-50, dan yang paling mahal adalah kantin Mediterranean (yang jual masakan khas Timur Tengah, harga sekitar NT$ 65-100). Makanan yang di luar kampus malah jauh lebih mahal. Misal masakan Indonesia di rumah makan Indonesia, harganya mulai dari NT$ 70 - 160. Kalo mau nyoba menu khas Taiwan yang halal bisa ke mie daging (niuroumian) dan harus merogoh kocek agak dalam NT$ 110-155. 

Katakan untuk seporsi makan siang di kantin sekolah (tanpa daging) adalah NT$ 50, kalo di-rupiah-kan setara dengan Rp 20.000. Di Indonesia mungkin makan di kantin sekitar Rp 7.000, ya hampir 3 kali lipatnya kan... Eits, tapi tunggu dulu, di sini penghasilan penduduknya juga 3 kali lipat daripada orang Indonesia. Jadi ya sama aja kan. hehe ๐Ÿ˜.. Pertama kali datang ke Taiwan, pasti kebanyakan dari kita selalu me-rupiah-kan semua harga. Dan mungkin beberapa ada yang menarget dirinya sendiri supaya tidak menghabiskan lebih dari sekian NT$ dalam sehari, supaya bisa berhemat. Wajar lah.. tapi lama-lama ntar juga bakal lupa me-rupiah-kan lagi. Ya karena kita tiap hari pegangnya NT$ terus, bukan rupiah lagi. Apalagi buat teman-teman mahasiswa yang dapat beasiswa yang "lebih dari cukup" baik dari profesornya, dari kampus, dari pemerintah Taiwan, atau beasiswa dari pemerintah Indonesia, mereka sudah lupa cara me-rupiah-kan semua harga...
          
Back to NT$, jadi menurut pendapat saya, pemerintah disini cukup bijak dalam memilih pecahan mana yang mau dicetak dalam bentuk koin dan mana yang dicetak dalam bentuk kertas. Kalo kita lihat, mata uang koin terbesar adalah NT$ 50, dan itu bisa dipake untuk beli makan siang atau sekedar jajan streetfood, jadi baik orang kaya maupun orang miskin, dari anak-anak sampek orang tua, ya mereka masih tetep bawa uang receh kemana-mana karena masih berharga. Sampai banyak yang menyiapkan dompet khusus untuk uang koin. Transaksi yang paling sering dilakukan masyarakat di pasar dan di night market biasanya ya banyak menggunakan uang koin. So? Jadi uang NT$ itu awet. Uang yang banyak digunakan masyarakat dalam 'segala kondisi medan', yaitu uang koin, lebih awet daripada jika menggunakan uang kertas. Uang NT$ 10 atau NT$ 50 kehujanan, jatuh ke air, kena minyak, terinjak, jatuh di dagangan ikan, tetep utuh, gak berubah bentuk dan warnanya. Bayangkan kalo itu uang kertas. Pasti baru sebentar udah lecek. Let's think about our rupiah... 

Pas bank Indonesia merilis uang baru, saya mikirnya bakal ada redenominasi jumlah 0 nya atau paling gak ganti uang kertas Rp 1.000-5.000 jadi uang koin saja. Ternyata cuma ganti gambar doank, hadeeh... Liat deh uang yang kita pegang... uang kertas Rp 1.000, Rp 2.000 atau Rp 5.000, pasti ada yang lecek, kumel2, atau ada yang disambung pake selotip karena pernah sobek. Dan bandingkan sama uang NT$ 100 atau NT$ 500 yang beredar di masyarakat,.... hmmm... mulus dan masih dalam kondisi baik semua.. Inilah hal pertama tentang uang yang bisa kita pelajari dari Taiwan.

Student ID card yang terintegrasi dengan EasyCard

EasyCard

Selain menggunakan uang beneran, masyarakat Taiwan juga sering menggunakan uang yang disimpan dalam bentuk saldo di sebuah kartu. Misalnya ada EasyCard, iPass, HappyCash, dsb. Mirip kartu debit. Dan bagusnya, tidak ada potongan biaya sama sekali saat mengunakan kartu tersebut. Student ID card NTUST terintegrasi dengan EasyCard, jadi kami bisa tinggal isi saldo di kartu mahasiswa ini dan sudah bisa digunakan untuk banyak hal. Misalnya untuk pake Ubike, naik bus, naik MRT, naik kereta, bayar belanja di convenience store (7-11 dan Family Mart), dsb.

EasyCard reader di Ubike station 

Cara pakainya juga gampang, tinggal tempelkan kartunya di card reader yang biasanya ada di Ubike station, di gate MRT dan kereta, di deket sopir bus, atau di kasir convenience store. Kemudian saldo kita akan berkurang sesuai dengan biaya yang harus kita bayarkan. Jadi memang benar-benar mempermudah warga dalam melakukan pembayaran dan memanfaatkan public transportation. 


EasyCard dan iPass reader di dalam bus

Debit Card

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, orang-orang di Taiwan selain menggunakan uang beneran juga memanfaatkan 'kartu bersaldo', contoh lainnya adalah kartu debit dan kartu kredit. Beasiswa untuk mahasiswa di NTUST disalurkan melalui bank Post Office yang memberikan kartu debit berlabel VISA. Dan dengan kartu ini kita bisa gunakan untuk belanja di Carrefour atau di supermarket lainnya, atau bahkan untuk pesan tiket pesawat. Pernah saat saya gunakan untuk membayar belanja di Wellcome, salah satu supermarket kecil disini, saya liat di receipt belanjanya tidak ada potongan biayanya, uang yang terpakai ya sama dengan total belanjaan saya. Jadi gak perlu repot-repot ambil uang tunai dari ATM kalo kita di mudahkan dengan menggunakan kartu debit ini secara langsung.

Inilah cerita saya tentang 'NT$', harapannya kita bisa banyak belajar dari hal terkecil ini. Study in Taiwan, Learn from Taiwan. Untuk Indonesia yang lebih baik.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Ditulis sebelum berangkat Jumatan #TGIF
Taipei, 10 Maret 2017

2 komentar: