Welcome to Taiwan :)

09.26.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Mendengar kata 'Taiwan', kita langsung terbayang oleh serial Meteor Garden (buat anak 90'an) 😎hehe... Atau terbayang oleh negara beretnis China yang berada pada sebuah pulau kecil di sebelah timur China. Negara yang dihuni sekitar 23,52 juta jiwa (9% dari total penduduk Indonesia) ini beribukota di Taipei City. Lebih dari 95% penduduk Taiwan merupakan keturunan dinasti Han dari China, sementara penduduk asli Taiwan hanya 2,3%, yang perawakan dan budayanya mirip sekali dengan suku-suku di Kalimantan. Sebanyak 93% penganut Budha, Taoisme, dan Konfusianisme. Hanya ada 0,3% muslim di Taiwan.

Taiwan dan China beda?

Dahulu hanya ada Republic of China (ROC). Namun karena ada Chinese Civil War dan kelompok komunis memenangkan perang tahun 1949, pemerintah ROC melarikan diri ke pulau Taiwan. Kelompok komunis mendirikan negara People's Republic of China (PRC) yang menguasai mainland. Jadi sebenarnya pendiri PBB itu adalah ROC (Taiwan), bukan PRC (China). 

Dalam perkembangannya, karena China menerapkan One China Policy, hanya sedikit negara yang mengakui kedaulatan Taiwan ini. Itulah mengapa Indonesia tidak memiliki kedutaan di Taiwan, hanya menempatkan perwakilan untuk urusan perdagangan dan perekonomian saja di Taipei (KDEI). Perbedaan mendasar adalah ideologi, China berideologi komunis, sedangkan Taiwan berpaham nasionalis. Meskipun sama-sama etnis China tapi bahasa resminya juga sedikit berbeda, yaitu Simplified Chinese dan Traditional Chinese (Taiwan).

Gaya Hidup

Perilaku masyarakat di sini cenderung mengikuti trend gaya Jepang-Korea-Amerika. Ya campur-campur itu lah. Kehidupan bebas laki-laki perempuan, menjaga kebersihan, disiplin, dan anak mudanya banyak yang meniru trend fashion Korea ataupun suka menggunakan barang bermerek seperti Nike, Adidas, Zara, dsb. Anak muda di sini suka dance gaya Korea dan paling antusias kalo ada artis Korea yang konser di NTU Sport Center (sampek dibela-belain tidur bawa tenda di depan lokasi malam sebelumnya buat antri masuk).

Orang Taiwan itu peduli banget lho sama kesehatannya. Tua muda, laki-laki perempuan, kalo sudah malam, kita pasti sering menjumpai mereka di lapangan dan taman. Ngapain? Olahraga meeen 😮.... Jam olahraga lainnya dimulai pas sebelum Subuh. Gila dah, pagi-pagi buta pas berangkat sholat Subuh lewat kampus NTU yang gelap gulita, eh ada nenek-nenek lagi stretching di pojokan.. Serem gak tuh 😱... Pasti lari ketakutan kalo nemu beginian di Indonesia. Orang Taiwan biasanya mandi saat akan tidur setelah olahraga, dan jarang mandi saat pagi harinya.

Kebiasaan lain adalah menjaga kebersihan. Jalanan, taman, bersih kinclong (ya meskipun banyak penampilan luar apartemen-apartemen masyarakat kelas bawah yang kurang menarik, jendela-jendela berkarat, dan kabel bersliweran). Di sini, kamu bisa melaporkan orang yang buang sampah sembarangan ke pihak berwenang. Kamu bisa dapat reward dan pelaku bisa didenda. Tiap hari tertentu ada truk sampah dengan suara musik unik yang keliling untuk mengumpulkan sampah warga yang sudah dipilah-pilah. Saking profesionalnya mengurus sampah, Taiwan dijuluki sebagai “The World’s Geniuses of Garbage Disposal”. 

Disini mereka pakai toilet kering, biasanya hanya menyediakan tisu dan setelah dipakai tisunya dibuang di tempat sampah bukan di masukkan ke kloset 😱. Jadi bagi orang Indonesia yang tidak terbiasa, siap-siap bawa air sendiri saat ke toilet ya…

Transportasi

Kalo menurut saya, sistem transportasi disini benar-benar bagus sekali. Taiwan punya sharing bike, bus, mass rapid transit (MRT) – paling favorit, kereta, dan high speed rail (HSR). Semuanya terintegrasi dengan baik. Dan semua bisa dibayar pakai semacam kartu kredit yang telah diisi saldonya (contohnya EasyCard). Karena sistem transportasi yang bagus inilah jarang sekali terlihat ada kemacetan parah di Taiwan.

Taiwan juga merupakan kota sejuta skuter matic. Gimana dengan pejalan kaki dan sepeda? Di area perkotaan seperti di Taipei, jalur pejalan kaki dan sepeda berada di trotoar. Taiwan sangat nyaman untuk pejalan kaki dan pesepeda.

Kuliner

Taiwan itu surganya street food. Pemerintah mengumpulkan semua pedagang ke suatu tempat, yang biasa dikenal dengan ‘night market’ sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Ada banyak sekali night market di Taiwan. Akses transportasi ke semua night market dipermudah sehingga night market selalu ramai pengunjung. Bagi muslim, tidak perlu khawatir karena ada banyak makanan bersertifikat halal atau makanan vegetarian di sini, misalnya Taiwan beef noodle dan bubble milk tea.

Pariwisata

Saya akui, luar biasa. Mereka mengelola bidang pariwisata dengan sangat baik hingga menjadi salah satu kontributor terbesar bagi perekonomian Taiwan. Area di sekitar tempat wisata dikembangkan dengan sangat bagus, diberikan akses yang mudah, dan dibuatkan promosi yang sangat menarik. Ada visitor center nya juga yang menyediakan brosur wisata, stempel unik khas lokasi wisata itu, dan sebagainya. Kalo mau cari salju bisa ke Hehuanshan, liat bunga sakura di Yangmingshan dan Wuling, ingin nerbangin balon udara bisa ke Pingxi, atau kalo mau berkunjung ke bangunan bersejarah bisa ke Chiang Kai-shek Memorial Hall. Jalur pendakian pun dibuatkan tangga dari batu yang tersusun rapi sampek puncak. Gak heran, penggemar hiking juga banyak dari kalangan lansia. Oh iya, Taiwan juga punya Taipei 101 (502,9 m) yang merupakan gedung pencakar langit tertinggi di dunia tahun 2004-2010.

Ada banyak sekali festival tiap tahun, misalnya lantern festival, sand sculpting art festival, baloon festival, dragon boat festival, dll. Pemerintah sangat gencar mempromosikan ini, bahkan memberikan transportasi khusus ke lokasi festival, ada yang gratis, bayar setengah harga, atau memperbanyak jumlah angkutannya.

Pendidikan

Pemerintah Taiwan menyediakan banyak sekali beasiswa untuk mahasiswa asing. Kampus terbaiknya adalah National Taiwan University (NTU) yang merupakan peringkat 70 dunia. Kampus terbaik lainnya adalah NTHU, NCTU, NCKU, dan NTUST yang masih dalam 260 besar peringkat dunia. Mahasiswa Indonesia paling banyak kuliah di NTUST (Taiwan Tech). 

Dengan banyaknya orang asing yang belajar dan bekerja di Taiwan, mungkin pemerintah ingin meningkatkan ranking perguruan tingginya dan juga menggenjot perekonomian negaranya, karena pertumbuhan penduduk Taiwan tiap tahun terus melambat. Keinginan mereka untuk berkeluarga dan punya anak sangat rendah dibandingkan dengan Indonesia. Mereka fokus ke karir.

Buruh Migran Indonesia

Hampir 40% dari pekerja asing di Taiwan adalah orang Indonesia. Karena saking banyaknya ini sampek-sampek kalo pas liburan, area Taipei Main Station serasa di Indonesia karena penuh berjejalan orang Indonesia dengan ‘bendera’ komunitas yang berbeda-beda. Gaji yang lebih dari 2 kali upah minimum di Jakarta membuat banyak orang terbius untuk pergi merantau ke Taiwan dan meninggalkan keluarganya jauh di kampung halaman.  

Lain-lain

Menurut numbeo.com, safety index Taiwan 2017 adalah 82,76, terbaik ketiga di bawah Qatar dan Singapura. Angka ini jauh di atas safety index Indonesia yang hanya 50,32. Jadi, kalo mau jalan kemana-mana sendiri pas malam ya Alhamdulillah aman-aman saja. Wajar lah CCTV di mana-mana coy. Tahu gak, ternyata Taiwan juga mendapat predikat sebagai “The Best Expat Destination in the World” oleh Expat Insider 2016. Ini karena kualitas hidup di Taiwan sangat bagus, misalnya jaminan kesehatan dan biaya hidup lainnya. Hanya bermodalkan National Health Insurance (NHI), kamu bisa dengan mudah mendapatkan klaim mu, gak pake ribet. Tahu Asus, TrendMicro, HTC, Acer, kan? Itu semua brand-brand besar milik Taiwan.

Karena kemandirian inilah, Taiwan menolak jika bergabung menjadi bagian dari China. Karena mereka mampu untuk menjadi negara sendiri.

Itu dulu sekilas tentang Taiwan. Semoga bermanfaat. Next, InsyaAllah saya akan share apa-apa saja yang bisa dipelajari dari negara Taiwan ini.

#StudyInTaiwanLearnFromTaiwan

Taipei, 22 Februari 2017

0 komentar:

Dokter Gigi dan Poligami (1)

17.51.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Tinggal di negeri orang yang tentunya jauh dari keluarga, bukan menjadi alasan bagi kita untuk mengabaikan kesehatan tubuh kita. Makan yang cukup dan tepat waktu serta olahraga rutin adalah salah satu langkah menjaga kesehatan diri. Kedua hal ini tidak begitu susah kujalani, sebab sudah sejak 6,5 tahun yang lalu aku merantau ke kota Surabaya untuk kuliah dan tentu saja tinggal di kost yang jauh dari kampung halaman. 

Sejak kecil orang tua sudah membiasakan kami untuk makan teratur (sarapan, makan siang, dan makan malam). Jadi karena sudah kebiasaan, aku terbiasa makan teratur saat tinggal di Surabaya, bahkan sampai sekarang di Taipei. Untuk sarapan praktis di Taipei biasanya aku beli onigiri ikan, nasi kepal isi sayuran, atau kalau mau agak kreatif dan ada sedikit waktu luang bisa mengolah roti tawar di dapur.

Nasi kepal isi sayuran
Onigiri ikan
Roti dan telur
Selain makan teratur, olahraga rutin juga penting untuk menjaga kesehatan. Kalau saat masih sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA selalu ada pelajaran olahraga seminggu sekali, maka saat kuliah (kecuali di jurusan Pendidikan Jasmani) sudah tidak ada lagi mata kuliah olahraga. Saat itulah olahraga rutin menjadi kebutuhan untuk mahasiswa yang sadar akan pentingnya kesehatan tubuh. Untunglah aku bukan termasuk mahasiswa yang hanya 'olahraga jari' di kamar kost seharian saat waktu luang (baca nge-game atau stalking akun medsos-nya mantan 😜 ). Jadi intinya aku sudah terbiasa menjaga pola makan dan olahraga meskipun cuma sekali seminggu.

Salah satu tempat olahraga, stadion NTU
Namun ada satu hal yang terlewat, terkait menjaga kesehatan gigi. Yap, menjaga kesehatan gigi juga penting diperhatikan. Kita sering melihat iklan-iklan di televisi supaya memeriksakan gigi kita setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Hmm... hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Terakhir kali aku ke dokter gigi adalah saat aku kelas XI SMA. Itupun terpaksa karena aku harus 'memperbaiki' 2 gigi gerahamku yang berlubang. Ini akibat malas gosok gigi sebelum tidur waktu itu, yang penting sikat gigi sudah nempel di gigi dan terlihat berbusa, terus kumur-kumur, sudah deh, selesai. tidak menghayati filosofi gosok gigi yang sesungguhnya. (😁 syeet dah...). Singkat kata, sepulang dari dokter gigi rasanya sakit banget. Sejak saat itu rasanya sudah kapok ke dokter gigi lagi dan berharap gigiku gak ada yang bermasalah lagi. Apalagi ongkosnya juga tidak murah. Aku mulai rajin gosok gigi sebelum tidur sejak saat itu. Saat mulai nge-kost di Surabaya tahun 2010 sampai sekarang pun, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang kalau aku belum gosok gigi sebelum tidur.

* * *

Saat itu aku sedang makan di kamar, ternyata tambalan gigi 8 tahun yang lalu lepas dan gigi gerahamku pecah. Wah, ternyata reliability-nya tambalan gigi itu sekitar 8 tahun. Maklum juga selama itu tidak pernah periksa lagi ke dokter gigi. Ya memang tidak sakit, tapi setiap kali selesai makan pasti ada sesuatu yang masih 'bermukim' di sana. Dan tusuk gigi selalu jadi penyelamatku di manapun aku makan. Alhasil karena tidak nyaman, aku mulai berpikir untuk memperbaiki gigiku. Aku teringat bahwa aku punya kartu Taiwan Sehat #eh salah... kartu NHI, semacam kartu asuransi kesehatan. Saat kami baru pertama kali datang di kampus Taiwan Tech, sudah dinformasikan bahwa setiap mahasiswa yang telah stay minimal 6 bulan berturut-turut di Taiwan bisa apply NHI (National Health Insurance). Saat Spring 2016 kami mengurus NHI dan selesai beberapa hari kemudian. Biayanya adalah NT$ 4.494 atau sekitar Rp 1.930.541 per 6 bulan (Rp 321.756 per bulan). Singkat kata, ada informasi dari senior bahwa kita bisa gunakan NHI untuk periksa gigi. Daripada bayar NHI rutin tiap semester tapi gak dimanfaatkan, kan juga rugi. Saat itu aku sudah membayar NHI untuk kedua kalinya. Baiklah, saatnya memanfaatkan asuransi ini dan menjajal kesaktian kartu NHI, apakah sesakti Kartu Indonesia Sehat? 

Kartu NHI
Dari rekomendasi seniorku di kampus, ada klinik dokter gigi yang nyaman banget, yaitu Joydent Clinic yang terletak di No 87, Lin Sen Rd., 234 Yonghe, Taiwan. Klinik ini berada sekitar 2,1 km dari kampus Taiwan Tech, dan bisa ditempuh dengan bersepeda atau naik bus 207, 275, 672, atau Dunhua Main Line (biaya bus sekitar NT$ 12). Dari depan klinik sudah nampak kesan yang nyaman, apalagi saat sudah masuk ke dalamnya. Di ruang tunggu ada sofa berbentuk L dengan meja di tengahnya, ada rak dengan berbagai bacaan dan aksesoris lain, ada TV, drinking water fountain, tempat sampah, tempat payung, dan tentu saja meja resepsionis. Ada berbagai macam sertifikat milik dr. Lin yang dipajang di dinding. Antara ruang tunggu dengan ruang pemeriksaan gigi pasien hanya dibatasi sekat dinding kayu yang tidak menutup sampai ke langit-langit atas. Meskipun klinik ini tidak terlalu besar, namun kita benar-benar bisa merasa nyaman saat periksa gigi di sini.


Rak buku dan dinding yang penuh dengan pajangan sertifikat dr. Lin


Sekat pembatas ruang tunggu dengan ruang pemeriksaan, TV, dan drinking water fountain
Oh iya, pertama kali aku kesana pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2016. Aku kesana bersama 5 orang teman dari kampus. Dan hanya aku yang laki-laki 😑. Apa boleh buat, aku tetap berangkat, daripada ke sana sendirian. Oke, sampai di sana, kami disambut ramah oleh seorang perempuan muda, sepertinya asisten dokter gigi. Syukurlah dia lancar berbahasa Inggris. Setelah cas cis cus, dia minta kami mengisi sebuah form untuk identitas pasien dan dia meminjam kartu NHI kami. Dan secara 'ajaib' kartu NHI bisa langsung digunakan (tanpa perlu ribet kayak kartu asuransi sejenis di negeri sendiri). Dari kami berenam, hanya 2 orang yang kartunya bermasalah sehingga tidak bisa digunakan, mungkin karena setelah daftar NHI mereka tidak stay di Taiwan untuk waktu tertentu. Ada yang filling gigi berlubangnya dan ada yang scaling (membersihkan karang gigi). Dan aku termasuk yang scaling, karena baru pertama kali gigiku diperiksa di sana.

Gigiku (maap ye ane sensor)

* * *
Tibalah giliranku untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Aku diminta berbaring di kursi khusus untuk pasien gigi dengan monitor di depan yang menampilkan gambar gigiku setelah di-scan, dan ada lampu kecil di atasku. Ada semacam drinking water fountain kecil yang di sebelah kiri dan berbagai 'peralatan tempur' sang dokter di sebelah kanan. Okelah aku pasrah saja. Sambil dipersiapkan peralatannya, asisten dokter yang fasih berbahasa Inggris tadi memulai obrolan denganku.
"Hafi, are you muslim?" (di sini ak panggil Hafi [tanpa akhiran 'd'], entah sama asisten dokter, dokter giginya, profesorku di kampus, bahkan teman lab yang Taiwanese juga begitu 😒). 
"Yes", jawabku. Mungkin karena aku ke sana dengan semua teman-teman perempuan yang berhijab.
"Are they all your wife?" tanyanya lagi.
"No no no...", (Whaaaaaat??? 😱, gumamku) "They just my friends, why do you think like that?", imbuhku.
Lalu dia menjelaskan bahwa dia beranggapan seorang muslim itu istrinya selalu banyak, lebih dari 1 (poligami). Dia juga bercerita tentang temannya yang juga seorang muslim. Kemudian aku jelaskan bahwa memang di Islam poligami itu diperbolehkan maksimal 4, tapi syaratnya sungguh berat salah satunya harus bisa adil kepada semua istri-istrinya. 


Setelah ngobrol ngalor ngidul, akhirnya sang dokter menghampiriku dan mulai membersihkan karang gigiku. Akhirnya selesai juga scaling-nya setelah beberapa menit 'mesin pengebor' itu berputar di sekeliling gigiku. Tidak sakit dan rasanya ada sesuatu yang hilang dari gigiku (karang gigi maksudnya, hahaha...). Karena cukup banyak karang gigi yang harus dibersihkan, maka seminggu kemudian aku diminta untuk datang lagi. Sebelum pulang, kami mendapat oleh-oleh berupa sikat gigi dan pasta gigi Colgate (sudah pernah ditanyakan melalui email ke Colgate Taiwan bahwa produk Colgate yang dijual di Taiwan bebas dari bahan turunan hewan dan tidak mengandung alkohol). Udah scaling gigi gak bayar dan malah dikasih hadiah ini, rejeki anak sholih. hehehe... 😊 

Hadiah dari Joydent Clinic
Sepulang dari klinik, aku pun berpikir, apa itu yang ada di benak orang Taiwan tentang muslim, bahwa istri seorang muslim selalu lebih dari 1, (ya selain isu bahwa muslim identik dengan teroris dan mereka tidak makan babi)? Tapi ya unik juga, yang mereka bayangkan tentang poligaminya. Semoga Islam terus berkembang di Taiwan, informasi yang salah tentang Islam bisa diluruskan, dan keindahan Islam bisa dirasakan oleh masyarakat Taiwan yang tiap hari hanya disuguhi berita tentang ISIS.

(bersambung...)

Ditulis (sambil nunggu running program selesai) pada 7 Februari 2017
di Room 327-5, Dorm 1, Taiwan Tech

0 komentar: