Selembar NT$ 200

22.28.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Jadi ceritanya, sekitar seminggu yang lalu, hari Jumat (10 Maret 2017), saya nulis artikel tentang "NT$". Artikel tersebut menjelaskan bagaimana penggunaan mata uang Taiwan, NT$, dan segala transaksi pembayaran lainnya di negeri ini. Awalnya saya sempat ragu apakah posting saat itu juga atau nunggu saya memiliki semua koleksi uang kertas NT$ sebagai ilustrasi gambar dalam artikel tersebut. Sebab dari 5 mata uang kertas NT$, hanya pecahan NT$ 200 yang belum saya miliki. Pikirku, ya diposting aja dahulu artikelnya, pecahan NT$ 200 mungkin bisa didapatkan di toko souvenir di Chiang Kai-Shek Memorial Hall (dulu sempat lihat uang pecahan ini di sana, entah itu uang asli atau hanya replika, belum tahu). Dan akhirnya saya posting artikel itu tanpa menyertakan pecahan NT$ 200, 'yang penting isi artikelnya' pikirku. Uang pecahan ini memang jarang dijumpai dalam transaksi sehari-hari, selain pecahan NT$ 2000. 

Singkat cerita, bukan bim salabim ya, alhamdulillah saya mendapatkan pecahan NT$ 200 pada hari berikutnya, tanpa disangka2 datangnya. Ini uang kembalian saya ketika belanja di 'Toko Kuning' Gongguan, Taipei. Kebetulan? Mungkin sebagian dari kalian menyangka demikian, begitu juga saya. Tapi saya pikir-pikir lagi, gak mungkin ada yang kebetulan di dunia ini, selain memang sudah diatur oleh Allah SWT.  

***


Sabtu siang, saya lihat brosur 'PPI Got Talent' di mushola NTUST. Di situ tertulis tanggal 11 Maret 2017 jam 18.00-21.00 di Taipei Medical University. Saya lihat lagi di bagian bawah ada performance tari Jathil Reyog Ponorogo. Pikirku, 'Wah, seru nih kayaknya nonton sama teman-teman besok, lama juga gak liat tari Reyog yang merupakan tari tradisional kotaku, Ponorogo'. Saya mengira hari itu masih tanggal 10 Maret. Lanjut, malamnya sepulang sholat Isya', saya berencana beli telur, beras, dan sebagainya di PX Mart dekat Technological Building MRT Station karena memang persediaan sudah menipis. Tapi gak jadi ke sana dan akhirnya mampir ke 光南大批發 (Kuang Nan Wholesale Store) di Gongguan atau anak-anak biasa nyebutnya 'Toko Kuning' karena sebagian besar bagian toko ini berwarna kuning. Memang toko yang terletak di depan kampus terbaik Taiwan ini (National Taiwan University) searah ke kampus NTUST. Saat itu saya beli pewangi cair semprot untuk pakaian (bergambar teddy bear), cotton bud, permen susu (berlabel halal Taiwan), dan cumi kering (berlabel halal Thailand). Saat di kasir, saya bayar dengan uang NT$ 500. Dan.... sang kasir memberi NT$ 200 dan beberapa uang koin sebagai kembalian. "Bentar... bentar... itu beneran NT$ 200?? 😮Iya bener, berwarna hijau uangnya", pikirku. Antara kaget dan bersyukur, jadi satu rasanya. Alhamdulillah... 😁

Sampai di dorm kampus, sambil buka snack cumi kering tadi, saya akses Facebook. Jreng jreng jreng... ada teman yang posting foto lagi nonton PPI Got Talent. Lheh, kok hari ini? Lheh, ini tanggal berapa? Astaga, ternyata hari itu tanggal 11 Maret, bukan 10 Maret. Yah... gak jadi nonton PPI Got Talent. Pantesan, malam minggu kok sepi amat di kampus... anak-anak gak pada nampak batang hidungnya... ealah, ternyata... Saya pun sempat nyesel gak bisa nonton, karena mau kesana pun juga sudah selesai mungkin acaranya.   

***

Saya pandangi lagi uang NT$ 200 yang saya dapatkan dari Toko Kuning tadi.. Wait.. Wait.. Saya mikir, kenapa kok saya bisa dapat NT$ 200 segampang itu, gak perlu jauh2 cari di toko souvenir di CKS Memorial Hall, gak perlu cari di bank, kok ujug-ujug bisa ada di tangan saya tanpa usaha keras. Saya yakin ini bukan kebetulan. Bukan kebetulan tiba-tiba saya dapat kembalian uang itu dari kasir di Toko Kuning. Bukan... Masya Allah... saya pun tersadar, ini semua memang sudah di atur oleh Allah SWT. Mulai dari hari kemarinnya, ketika saya 'berharap' mempunyai uang pecahan ini. Iya, saya katakan berharap, karena saya belum memohon dengan sungguh-sungguh, belum berdoa memohon mendapatkan uang ini pada setiap habis shalat. Tapi Allah langsung ngasih begitu saja ke saya keesokan harinya.

Bagaimana mungkin saya tidak tahu kalo PPI Got Talent berlangsung hari Sabtu itu, padahal di brosurnya jelas tertulis 'Sabtu, 11 Maret 2017'?
Bagaimana mungkin saya tiba-tiba membatalkan beli telur dan beras di PX Mart dan malah belanja di Toko Kuning sepulang dari shalat Isya'?
Bagaimana mungkin saya bisa memilih 4 macam barang yang saya beli tadi, padahal saya hanya kepikiran mau beli cotton bud saja?
Bagaimana mungkin mata saya teralihkan beli snack cumi kering, padahal setelah dari Toko Kuning saya rencana beli takoyaki di Gongguan Night Market?
Bagaimana mungkin saya bisa berada di posisi antrian yang tepat sehingga mendapatkan NT$ 200 dari kasir?
Bagaimana mungkin ada pecahan langka NT$ 200 di mesin kasir Toko Kuning saat itu?

Masya Allah, sungguh tidak ada yang kebetulan di dunia ini, teman. Kecuali semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Ketika saya masih berangan-angan saja, Allah sudah langsung memberikannya, bagaimana kalo saya benar-benar memohon dengan sungguh-sungguh? Allah benar-benar menepati janji-Nya.

"... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, nisaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Kawan, sungguh saya katakan, kalo kita mengharapkan sesuatu, mendekatlah kepada Yang Maha Pencipta segala yang ada di dunia ini, mendekatlah kepada Yang Maha Kaya, mendekatlah kepada Yang Maha Memberi Rizki, yaitu Allah SWT. Kalau kita sudah merasa dekat dengannya, bukanlah tidak mungkin apa yang kita inginkan akan di kabulkan oleh Allah dari arah yang tidak kita sangka-sangka.

Taipei, 20 Maret 2017

0 komentar:

NT$

12.19.00 Hafiedz Pradana 2 Comments




NT$

NT$ atau New Taiwan Dollar (berkode TWD) adalah mata uang resmi negara Taiwan sejak tahun 1949, menggantikan Old Taiwan Dollar (1946-1949). Unit satuannya disebut yuan, biasanya tertulis dengan karakter . Misal 5, 100, dsb. Tapi lidah orang Indonesia yang di sini biasanya mereka nyebutnya 5 NT, 100 NT, dsb. Oiya, NT$ 1 ini setara dengan Rp 430,68 (10 Maret 2017). Mata uang NT$ terdiri dari 5 uang koin (NT$ 1, NT$ 5, NT$ 5, NT$ 20, dan NT$ 50) dan 5 uang kertas (NT$ 100, NT$ 200, NT$ 500, NT$ 1.000, dan NT$ 2.000). Jadi, selembar uang kertas terbesar yang bisa kita pegang setara dengan Rp 861.369,46. hahaha 😄 ... Uang pecahan NT$ 20, NT$ 200, dan NT$ 2.000 ini cukup sulit dijumpai, dan bisa dikatakan sangat langka. Bahkan ada seorang kenalan dari Malaysia yang sedang berkunjung ke Taiwan, beliau sampek nanyakan apa saya punya uang kertas NT$ 200... hahaha...

Sama seperti di Indonesia, harga-harga di Taiwan tiap kota bisa beda-beda. Harga-harga di Taipei, ibukota Taiwan, paling mahal dibandingkan dengan kota-kota lain. Pernah dulu pas main ke kampusnya dosen saya di Hsinchu, saya cukup kaget liat harga seporsi makan siang dengan lauk ayam yang lumayan besar cuma NT$ 65, padahal itu kalo di Taipei bisa NT$ 90-100. Di Taipei sendiri harga makanan tiap tempat juga beda-beda. Dari 3 kantin halal di kampus, yang paling murah adalah di Halal Buffet (apapun yang kita ambil, harganya tergantung beratnya makanan setelah ditimbang, kecuali ayam), kemudian kantin vegetarian rata-rata NT$ 40-50, dan yang paling mahal adalah kantin Mediterranean (yang jual masakan khas Timur Tengah, harga sekitar NT$ 65-100). Makanan yang di luar kampus malah jauh lebih mahal. Misal masakan Indonesia di rumah makan Indonesia, harganya mulai dari NT$ 70 - 160. Kalo mau nyoba menu khas Taiwan yang halal bisa ke mie daging (niuroumian) dan harus merogoh kocek agak dalam NT$ 110-155. 

Katakan untuk seporsi makan siang di kantin sekolah (tanpa daging) adalah NT$ 50, kalo di-rupiah-kan setara dengan Rp 20.000. Di Indonesia mungkin makan di kantin sekitar Rp 7.000, ya hampir 3 kali lipatnya kan... Eits, tapi tunggu dulu, di sini penghasilan penduduknya juga 3 kali lipat daripada orang Indonesia. Jadi ya sama aja kan. hehe 😁.. Pertama kali datang ke Taiwan, pasti kebanyakan dari kita selalu me-rupiah-kan semua harga. Dan mungkin beberapa ada yang menarget dirinya sendiri supaya tidak menghabiskan lebih dari sekian NT$ dalam sehari, supaya bisa berhemat. Wajar lah.. tapi lama-lama ntar juga bakal lupa me-rupiah-kan lagi. Ya karena kita tiap hari pegangnya NT$ terus, bukan rupiah lagi. Apalagi buat teman-teman mahasiswa yang dapat beasiswa yang "lebih dari cukup" baik dari profesornya, dari kampus, dari pemerintah Taiwan, atau beasiswa dari pemerintah Indonesia, mereka sudah lupa cara me-rupiah-kan semua harga...
          
Back to NT$, jadi menurut pendapat saya, pemerintah disini cukup bijak dalam memilih pecahan mana yang mau dicetak dalam bentuk koin dan mana yang dicetak dalam bentuk kertas. Kalo kita lihat, mata uang koin terbesar adalah NT$ 50, dan itu bisa dipake untuk beli makan siang atau sekedar jajan streetfood, jadi baik orang kaya maupun orang miskin, dari anak-anak sampek orang tua, ya mereka masih tetep bawa uang receh kemana-mana karena masih berharga. Sampai banyak yang menyiapkan dompet khusus untuk uang koin. Transaksi yang paling sering dilakukan masyarakat di pasar dan di night market biasanya ya banyak menggunakan uang koin. So? Jadi uang NT$ itu awet. Uang yang banyak digunakan masyarakat dalam 'segala kondisi medan', yaitu uang koin, lebih awet daripada jika menggunakan uang kertas. Uang NT$ 10 atau NT$ 50 kehujanan, jatuh ke air, kena minyak, terinjak, jatuh di dagangan ikan, tetep utuh, gak berubah bentuk dan warnanya. Bayangkan kalo itu uang kertas. Pasti baru sebentar udah lecek. Let's think about our rupiah... 

Pas bank Indonesia merilis uang baru, saya mikirnya bakal ada redenominasi jumlah 0 nya atau paling gak ganti uang kertas Rp 1.000-5.000 jadi uang koin saja. Ternyata cuma ganti gambar doank, hadeeh... Liat deh uang yang kita pegang... uang kertas Rp 1.000, Rp 2.000 atau Rp 5.000, pasti ada yang lecek, kumel2, atau ada yang disambung pake selotip karena pernah sobek. Dan bandingkan sama uang NT$ 100 atau NT$ 500 yang beredar di masyarakat,.... hmmm... mulus dan masih dalam kondisi baik semua.. Inilah hal pertama tentang uang yang bisa kita pelajari dari Taiwan.

Student ID card yang terintegrasi dengan EasyCard

EasyCard

Selain menggunakan uang beneran, masyarakat Taiwan juga sering menggunakan uang yang disimpan dalam bentuk saldo di sebuah kartu. Misalnya ada EasyCard, iPass, HappyCash, dsb. Mirip kartu debit. Dan bagusnya, tidak ada potongan biaya sama sekali saat mengunakan kartu tersebut. Student ID card NTUST terintegrasi dengan EasyCard, jadi kami bisa tinggal isi saldo di kartu mahasiswa ini dan sudah bisa digunakan untuk banyak hal. Misalnya untuk pake Ubike, naik bus, naik MRT, naik kereta, bayar belanja di convenience store (7-11 dan Family Mart), dsb.

EasyCard reader di Ubike station 

Cara pakainya juga gampang, tinggal tempelkan kartunya di card reader yang biasanya ada di Ubike station, di gate MRT dan kereta, di deket sopir bus, atau di kasir convenience store. Kemudian saldo kita akan berkurang sesuai dengan biaya yang harus kita bayarkan. Jadi memang benar-benar mempermudah warga dalam melakukan pembayaran dan memanfaatkan public transportation. 


EasyCard dan iPass reader di dalam bus

Debit Card

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, orang-orang di Taiwan selain menggunakan uang beneran juga memanfaatkan 'kartu bersaldo', contoh lainnya adalah kartu debit dan kartu kredit. Beasiswa untuk mahasiswa di NTUST disalurkan melalui bank Post Office yang memberikan kartu debit berlabel VISA. Dan dengan kartu ini kita bisa gunakan untuk belanja di Carrefour atau di supermarket lainnya, atau bahkan untuk pesan tiket pesawat. Pernah saat saya gunakan untuk membayar belanja di Wellcome, salah satu supermarket kecil disini, saya liat di receipt belanjanya tidak ada potongan biayanya, uang yang terpakai ya sama dengan total belanjaan saya. Jadi gak perlu repot-repot ambil uang tunai dari ATM kalo kita di mudahkan dengan menggunakan kartu debit ini secara langsung.

Inilah cerita saya tentang 'NT$', harapannya kita bisa banyak belajar dari hal terkecil ini. Study in Taiwan, Learn from Taiwan. Untuk Indonesia yang lebih baik.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Ditulis sebelum berangkat Jumatan #TGIF
Taipei, 10 Maret 2017

2 komentar:

Welcome to Taiwan :)

09.26.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Mendengar kata 'Taiwan', kita langsung terbayang oleh serial Meteor Garden (buat anak 90'an) 😎hehe... Atau terbayang oleh negara beretnis China yang berada pada sebuah pulau kecil di sebelah timur China. Negara yang dihuni sekitar 23,52 juta jiwa (9% dari total penduduk Indonesia) ini beribukota di Taipei City. Lebih dari 95% penduduk Taiwan merupakan keturunan dinasti Han dari China, sementara penduduk asli Taiwan hanya 2,3%, yang perawakan dan budayanya mirip sekali dengan suku-suku di Kalimantan. Sebanyak 93% penganut Budha, Taoisme, dan Konfusianisme. Hanya ada 0,3% muslim di Taiwan.

Taiwan dan China beda?

Dahulu hanya ada Republic of China (ROC). Namun karena ada Chinese Civil War dan kelompok komunis memenangkan perang tahun 1949, pemerintah ROC melarikan diri ke pulau Taiwan. Kelompok komunis mendirikan negara People's Republic of China (PRC) yang menguasai mainland. Jadi sebenarnya pendiri PBB itu adalah ROC (Taiwan), bukan PRC (China). 

Dalam perkembangannya, karena China menerapkan One China Policy, hanya sedikit negara yang mengakui kedaulatan Taiwan ini. Itulah mengapa Indonesia tidak memiliki kedutaan di Taiwan, hanya menempatkan perwakilan untuk urusan perdagangan dan perekonomian saja di Taipei (KDEI). Perbedaan mendasar adalah ideologi, China berideologi komunis, sedangkan Taiwan berpaham nasionalis. Meskipun sama-sama etnis China tapi bahasa resminya juga sedikit berbeda, yaitu Simplified Chinese dan Traditional Chinese (Taiwan).

Gaya Hidup

Perilaku masyarakat di sini cenderung mengikuti trend gaya Jepang-Korea-Amerika. Ya campur-campur itu lah. Kehidupan bebas laki-laki perempuan, menjaga kebersihan, disiplin, dan anak mudanya banyak yang meniru trend fashion Korea ataupun suka menggunakan barang bermerek seperti Nike, Adidas, Zara, dsb. Anak muda di sini suka dance gaya Korea dan paling antusias kalo ada artis Korea yang konser di NTU Sport Center (sampek dibela-belain tidur bawa tenda di depan lokasi malam sebelumnya buat antri masuk).

Orang Taiwan itu peduli banget lho sama kesehatannya. Tua muda, laki-laki perempuan, kalo sudah malam, kita pasti sering menjumpai mereka di lapangan dan taman. Ngapain? Olahraga meeen 😮.... Jam olahraga lainnya dimulai pas sebelum Subuh. Gila dah, pagi-pagi buta pas berangkat sholat Subuh lewat kampus NTU yang gelap gulita, eh ada nenek-nenek lagi stretching di pojokan.. Serem gak tuh 😱... Pasti lari ketakutan kalo nemu beginian di Indonesia. Orang Taiwan biasanya mandi saat akan tidur setelah olahraga, dan jarang mandi saat pagi harinya.

Kebiasaan lain adalah menjaga kebersihan. Jalanan, taman, bersih kinclong (ya meskipun banyak penampilan luar apartemen-apartemen masyarakat kelas bawah yang kurang menarik, jendela-jendela berkarat, dan kabel bersliweran). Di sini, kamu bisa melaporkan orang yang buang sampah sembarangan ke pihak berwenang. Kamu bisa dapat reward dan pelaku bisa didenda. Tiap hari tertentu ada truk sampah dengan suara musik unik yang keliling untuk mengumpulkan sampah warga yang sudah dipilah-pilah. Saking profesionalnya mengurus sampah, Taiwan dijuluki sebagai “The World’s Geniuses of Garbage Disposal”. 

Disini mereka pakai toilet kering, biasanya hanya menyediakan tisu dan setelah dipakai tisunya dibuang di tempat sampah bukan di masukkan ke kloset 😱. Jadi bagi orang Indonesia yang tidak terbiasa, siap-siap bawa air sendiri saat ke toilet ya…

Transportasi

Kalo menurut saya, sistem transportasi disini benar-benar bagus sekali. Taiwan punya sharing bike, bus, mass rapid transit (MRT) – paling favorit, kereta, dan high speed rail (HSR). Semuanya terintegrasi dengan baik. Dan semua bisa dibayar pakai semacam kartu kredit yang telah diisi saldonya (contohnya EasyCard). Karena sistem transportasi yang bagus inilah jarang sekali terlihat ada kemacetan parah di Taiwan.

Taiwan juga merupakan kota sejuta skuter matic. Gimana dengan pejalan kaki dan sepeda? Di area perkotaan seperti di Taipei, jalur pejalan kaki dan sepeda berada di trotoar. Taiwan sangat nyaman untuk pejalan kaki dan pesepeda.

Kuliner

Taiwan itu surganya street food. Pemerintah mengumpulkan semua pedagang ke suatu tempat, yang biasa dikenal dengan ‘night market’ sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Ada banyak sekali night market di Taiwan. Akses transportasi ke semua night market dipermudah sehingga night market selalu ramai pengunjung. Bagi muslim, tidak perlu khawatir karena ada banyak makanan bersertifikat halal atau makanan vegetarian di sini, misalnya Taiwan beef noodle dan bubble milk tea.

Pariwisata

Saya akui, luar biasa. Mereka mengelola bidang pariwisata dengan sangat baik hingga menjadi salah satu kontributor terbesar bagi perekonomian Taiwan. Area di sekitar tempat wisata dikembangkan dengan sangat bagus, diberikan akses yang mudah, dan dibuatkan promosi yang sangat menarik. Ada visitor center nya juga yang menyediakan brosur wisata, stempel unik khas lokasi wisata itu, dan sebagainya. Kalo mau cari salju bisa ke Hehuanshan, liat bunga sakura di Yangmingshan dan Wuling, ingin nerbangin balon udara bisa ke Pingxi, atau kalo mau berkunjung ke bangunan bersejarah bisa ke Chiang Kai-shek Memorial Hall. Jalur pendakian pun dibuatkan tangga dari batu yang tersusun rapi sampek puncak. Gak heran, penggemar hiking juga banyak dari kalangan lansia. Oh iya, Taiwan juga punya Taipei 101 (502,9 m) yang merupakan gedung pencakar langit tertinggi di dunia tahun 2004-2010.

Ada banyak sekali festival tiap tahun, misalnya lantern festival, sand sculpting art festival, baloon festival, dragon boat festival, dll. Pemerintah sangat gencar mempromosikan ini, bahkan memberikan transportasi khusus ke lokasi festival, ada yang gratis, bayar setengah harga, atau memperbanyak jumlah angkutannya.

Pendidikan

Pemerintah Taiwan menyediakan banyak sekali beasiswa untuk mahasiswa asing. Kampus terbaiknya adalah National Taiwan University (NTU) yang merupakan peringkat 70 dunia. Kampus terbaik lainnya adalah NTHU, NCTU, NCKU, dan NTUST yang masih dalam 260 besar peringkat dunia. Mahasiswa Indonesia paling banyak kuliah di NTUST (Taiwan Tech). 

Dengan banyaknya orang asing yang belajar dan bekerja di Taiwan, mungkin pemerintah ingin meningkatkan ranking perguruan tingginya dan juga menggenjot perekonomian negaranya, karena pertumbuhan penduduk Taiwan tiap tahun terus melambat. Keinginan mereka untuk berkeluarga dan punya anak sangat rendah dibandingkan dengan Indonesia. Mereka fokus ke karir.

Buruh Migran Indonesia

Hampir 40% dari pekerja asing di Taiwan adalah orang Indonesia. Karena saking banyaknya ini sampek-sampek kalo pas liburan, area Taipei Main Station serasa di Indonesia karena penuh berjejalan orang Indonesia dengan ‘bendera’ komunitas yang berbeda-beda. Gaji yang lebih dari 2 kali upah minimum di Jakarta membuat banyak orang terbius untuk pergi merantau ke Taiwan dan meninggalkan keluarganya jauh di kampung halaman.  

Lain-lain

Menurut numbeo.com, safety index Taiwan 2017 adalah 82,76, terbaik ketiga di bawah Qatar dan Singapura. Angka ini jauh di atas safety index Indonesia yang hanya 50,32. Jadi, kalo mau jalan kemana-mana sendiri pas malam ya Alhamdulillah aman-aman saja. Wajar lah CCTV di mana-mana coy. Tahu gak, ternyata Taiwan juga mendapat predikat sebagai “The Best Expat Destination in the World” oleh Expat Insider 2016. Ini karena kualitas hidup di Taiwan sangat bagus, misalnya jaminan kesehatan dan biaya hidup lainnya. Hanya bermodalkan National Health Insurance (NHI), kamu bisa dengan mudah mendapatkan klaim mu, gak pake ribet. Tahu Asus, TrendMicro, HTC, Acer, kan? Itu semua brand-brand besar milik Taiwan.

Karena kemandirian inilah, Taiwan menolak jika bergabung menjadi bagian dari China. Karena mereka mampu untuk menjadi negara sendiri.

Itu dulu sekilas tentang Taiwan. Semoga bermanfaat. Next, InsyaAllah saya akan share apa-apa saja yang bisa dipelajari dari negara Taiwan ini.

#StudyInTaiwanLearnFromTaiwan

Taipei, 22 Februari 2017

0 komentar:

Dokter Gigi dan Poligami (1)

17.51.00 Hafiedz Pradana 0 Comments


Tinggal di negeri orang yang tentunya jauh dari keluarga, bukan menjadi alasan bagi kita untuk mengabaikan kesehatan tubuh kita. Makan yang cukup dan tepat waktu serta olahraga rutin adalah salah satu langkah menjaga kesehatan diri. Kedua hal ini tidak begitu susah kujalani, sebab sudah sejak 6,5 tahun yang lalu aku merantau ke kota Surabaya untuk kuliah dan tentu saja tinggal di kost yang jauh dari kampung halaman. 

Sejak kecil orang tua sudah membiasakan kami untuk makan teratur (sarapan, makan siang, dan makan malam). Jadi karena sudah kebiasaan, aku terbiasa makan teratur saat tinggal di Surabaya, bahkan sampai sekarang di Taipei. Untuk sarapan praktis di Taipei biasanya aku beli onigiri ikan, nasi kepal isi sayuran, atau kalau mau agak kreatif dan ada sedikit waktu luang bisa mengolah roti tawar di dapur.

Nasi kepal isi sayuran
Onigiri ikan
Roti dan telur
Selain makan teratur, olahraga rutin juga penting untuk menjaga kesehatan. Kalau saat masih sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA selalu ada pelajaran olahraga seminggu sekali, maka saat kuliah (kecuali di jurusan Pendidikan Jasmani) sudah tidak ada lagi mata kuliah olahraga. Saat itulah olahraga rutin menjadi kebutuhan untuk mahasiswa yang sadar akan pentingnya kesehatan tubuh. Untunglah aku bukan termasuk mahasiswa yang hanya 'olahraga jari' di kamar kost seharian saat waktu luang (baca nge-game atau stalking akun medsos-nya mantan 😜 ). Jadi intinya aku sudah terbiasa menjaga pola makan dan olahraga meskipun cuma sekali seminggu.

Salah satu tempat olahraga, stadion NTU
Namun ada satu hal yang terlewat, terkait menjaga kesehatan gigi. Yap, menjaga kesehatan gigi juga penting diperhatikan. Kita sering melihat iklan-iklan di televisi supaya memeriksakan gigi kita setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Hmm... hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Terakhir kali aku ke dokter gigi adalah saat aku kelas XI SMA. Itupun terpaksa karena aku harus 'memperbaiki' 2 gigi gerahamku yang berlubang. Ini akibat malas gosok gigi sebelum tidur waktu itu, yang penting sikat gigi sudah nempel di gigi dan terlihat berbusa, terus kumur-kumur, sudah deh, selesai. tidak menghayati filosofi gosok gigi yang sesungguhnya. (😁 syeet dah...). Singkat kata, sepulang dari dokter gigi rasanya sakit banget. Sejak saat itu rasanya sudah kapok ke dokter gigi lagi dan berharap gigiku gak ada yang bermasalah lagi. Apalagi ongkosnya juga tidak murah. Aku mulai rajin gosok gigi sebelum tidur sejak saat itu. Saat mulai nge-kost di Surabaya tahun 2010 sampai sekarang pun, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang kalau aku belum gosok gigi sebelum tidur.

* * *

Saat itu aku sedang makan di kamar, ternyata tambalan gigi 8 tahun yang lalu lepas dan gigi gerahamku pecah. Wah, ternyata reliability-nya tambalan gigi itu sekitar 8 tahun. Maklum juga selama itu tidak pernah periksa lagi ke dokter gigi. Ya memang tidak sakit, tapi setiap kali selesai makan pasti ada sesuatu yang masih 'bermukim' di sana. Dan tusuk gigi selalu jadi penyelamatku di manapun aku makan. Alhasil karena tidak nyaman, aku mulai berpikir untuk memperbaiki gigiku. Aku teringat bahwa aku punya kartu Taiwan Sehat #eh salah... kartu NHI, semacam kartu asuransi kesehatan. Saat kami baru pertama kali datang di kampus Taiwan Tech, sudah dinformasikan bahwa setiap mahasiswa yang telah stay minimal 6 bulan berturut-turut di Taiwan bisa apply NHI (National Health Insurance). Saat Spring 2016 kami mengurus NHI dan selesai beberapa hari kemudian. Biayanya adalah NT$ 4.494 atau sekitar Rp 1.930.541 per 6 bulan (Rp 321.756 per bulan). Singkat kata, ada informasi dari senior bahwa kita bisa gunakan NHI untuk periksa gigi. Daripada bayar NHI rutin tiap semester tapi gak dimanfaatkan, kan juga rugi. Saat itu aku sudah membayar NHI untuk kedua kalinya. Baiklah, saatnya memanfaatkan asuransi ini dan menjajal kesaktian kartu NHI, apakah sesakti Kartu Indonesia Sehat? 

Kartu NHI
Dari rekomendasi seniorku di kampus, ada klinik dokter gigi yang nyaman banget, yaitu Joydent Clinic yang terletak di No 87, Lin Sen Rd., 234 Yonghe, Taiwan. Klinik ini berada sekitar 2,1 km dari kampus Taiwan Tech, dan bisa ditempuh dengan bersepeda atau naik bus 207, 275, 672, atau Dunhua Main Line (biaya bus sekitar NT$ 12). Dari depan klinik sudah nampak kesan yang nyaman, apalagi saat sudah masuk ke dalamnya. Di ruang tunggu ada sofa berbentuk L dengan meja di tengahnya, ada rak dengan berbagai bacaan dan aksesoris lain, ada TV, drinking water fountain, tempat sampah, tempat payung, dan tentu saja meja resepsionis. Ada berbagai macam sertifikat milik dr. Lin yang dipajang di dinding. Antara ruang tunggu dengan ruang pemeriksaan gigi pasien hanya dibatasi sekat dinding kayu yang tidak menutup sampai ke langit-langit atas. Meskipun klinik ini tidak terlalu besar, namun kita benar-benar bisa merasa nyaman saat periksa gigi di sini.


Rak buku dan dinding yang penuh dengan pajangan sertifikat dr. Lin


Sekat pembatas ruang tunggu dengan ruang pemeriksaan, TV, dan drinking water fountain
Oh iya, pertama kali aku kesana pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2016. Aku kesana bersama 5 orang teman dari kampus. Dan hanya aku yang laki-laki 😑. Apa boleh buat, aku tetap berangkat, daripada ke sana sendirian. Oke, sampai di sana, kami disambut ramah oleh seorang perempuan muda, sepertinya asisten dokter gigi. Syukurlah dia lancar berbahasa Inggris. Setelah cas cis cus, dia minta kami mengisi sebuah form untuk identitas pasien dan dia meminjam kartu NHI kami. Dan secara 'ajaib' kartu NHI bisa langsung digunakan (tanpa perlu ribet kayak kartu asuransi sejenis di negeri sendiri). Dari kami berenam, hanya 2 orang yang kartunya bermasalah sehingga tidak bisa digunakan, mungkin karena setelah daftar NHI mereka tidak stay di Taiwan untuk waktu tertentu. Ada yang filling gigi berlubangnya dan ada yang scaling (membersihkan karang gigi). Dan aku termasuk yang scaling, karena baru pertama kali gigiku diperiksa di sana.

Gigiku (maap ye ane sensor)

* * *
Tibalah giliranku untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Aku diminta berbaring di kursi khusus untuk pasien gigi dengan monitor di depan yang menampilkan gambar gigiku setelah di-scan, dan ada lampu kecil di atasku. Ada semacam drinking water fountain kecil yang di sebelah kiri dan berbagai 'peralatan tempur' sang dokter di sebelah kanan. Okelah aku pasrah saja. Sambil dipersiapkan peralatannya, asisten dokter yang fasih berbahasa Inggris tadi memulai obrolan denganku.
"Hafi, are you muslim?" (di sini ak panggil Hafi [tanpa akhiran 'd'], entah sama asisten dokter, dokter giginya, profesorku di kampus, bahkan teman lab yang Taiwanese juga begitu 😒). 
"Yes", jawabku. Mungkin karena aku ke sana dengan semua teman-teman perempuan yang berhijab.
"Are they all your wife?" tanyanya lagi.
"No no no...", (Whaaaaaat??? 😱, gumamku) "They just my friends, why do you think like that?", imbuhku.
Lalu dia menjelaskan bahwa dia beranggapan seorang muslim itu istrinya selalu banyak, lebih dari 1 (poligami). Dia juga bercerita tentang temannya yang juga seorang muslim. Kemudian aku jelaskan bahwa memang di Islam poligami itu diperbolehkan maksimal 4, tapi syaratnya sungguh berat salah satunya harus bisa adil kepada semua istri-istrinya. 


Setelah ngobrol ngalor ngidul, akhirnya sang dokter menghampiriku dan mulai membersihkan karang gigiku. Akhirnya selesai juga scaling-nya setelah beberapa menit 'mesin pengebor' itu berputar di sekeliling gigiku. Tidak sakit dan rasanya ada sesuatu yang hilang dari gigiku (karang gigi maksudnya, hahaha...). Karena cukup banyak karang gigi yang harus dibersihkan, maka seminggu kemudian aku diminta untuk datang lagi. Sebelum pulang, kami mendapat oleh-oleh berupa sikat gigi dan pasta gigi Colgate (sudah pernah ditanyakan melalui email ke Colgate Taiwan bahwa produk Colgate yang dijual di Taiwan bebas dari bahan turunan hewan dan tidak mengandung alkohol). Udah scaling gigi gak bayar dan malah dikasih hadiah ini, rejeki anak sholih. hehehe... 😊 

Hadiah dari Joydent Clinic
Sepulang dari klinik, aku pun berpikir, apa itu yang ada di benak orang Taiwan tentang muslim, bahwa istri seorang muslim selalu lebih dari 1, (ya selain isu bahwa muslim identik dengan teroris dan mereka tidak makan babi)? Tapi ya unik juga, yang mereka bayangkan tentang poligaminya. Semoga Islam terus berkembang di Taiwan, informasi yang salah tentang Islam bisa diluruskan, dan keindahan Islam bisa dirasakan oleh masyarakat Taiwan yang tiap hari hanya disuguhi berita tentang ISIS.

(bersambung...)

Ditulis (sambil nunggu running program selesai) pada 7 Februari 2017
di Room 327-5, Dorm 1, Taiwan Tech

0 komentar: